Sebuah tulisan menarik , tentang sebuah apresiasi By RVLSNT
“Superman Is Dead itu ya Band, Pejuang and They are cool.”
~ Komar Clash
Mungkin akan menjadi sebuah diary anak kemarin sore yang tahu musik
telah mempengaruhi hidupnya. Ya, anak SMP baru beberapa tahun lalu yang
tahu seorang kawan memutar kaset album “Kuta Rock City” dengan fasihnya
mereka berucap: “Ku benci semua yang tak pasti, woooo… Rambut spikey
dibilang funky, Mall dipenuni lambang anarki…” tanpa sadar kaki pun ikut
mengikuti hentakan drum dari namanya Jerinx yang setelah melihat dan
membaca sampul Albumnya mereka.
“Superman Is Dead? 3 Pria bergambar… Kece… Super Kece. *leleh*” ~ Krisna Pratiwi W.
“Aku suka Superman Is Dead karena ada Jerinx. Ya, aku groupies nya
Jerinx. Tapi aku suka Superman Is Dead juga karena liriknya yang
berbobot. Beda dengan Top 40 yang menye-menye.”
~ Annisya Primawindy.
Ya, Superman Is Dead. Trio yang bergenre Punk Rock ini telah mengacuhkan
pandangan saya dulu terhadap Guns N’ Roses. (kalian boleh tertawa, saya
memang dulu penggemar Axl Rose Cs.) Tak perlu bicara atau mengulas
banyak, puluhan atau ratusan ulasan mengenai cerita 3 punk rocker asal
Bali ini di berbagai media, tapi untuk soal menginspirasi itu lain
cerita, kawan. Bagi seorang bocah yang kesehariannya bernuansa religius,
lingkungan militer dan pilihan reurbanisasi tentu saja masa yang
terbilang sulit untuk mengenal sekelas SID. Mengenal sisi mereka
sebagai… idola, apa susahnya? sebenarnya bukan itu, saya bukan sebagai
penggemar karbitan maupun kambuhan begitu mereka tenar lalu heboh
mendukungnya, tenggelam dan dilupakan. Dulu untuk untuk anak SMP apa sih
artinya lirik lagu, mereka mendengar, asik dan suka, stereotype yea.
Saya ingat Jerinx dalam tulisannya berucap: “Banyak orang yang bisa
bermain skillful, tempo drum hebat, tehnik vokal diatas angin dan
bergaya seperti rockstar kebanyakan groupies yang mempunyai masalah
kejiwaan [yea right...] tapi jarang banget ada band Indonesia, apalagi
yang terkenal, punya lirik berontak yang sekaligus pintar. Ujung2nya
paling keras bisanya menghujat pemerintah tanpa ngasi solusi yang jelas,
yang buruh bangunan pun bisa melakukan itu sambil menghisap kretek
terakhirnya.” - yang dimuat di fans page JRX di Facebook.
Dari album Kuta Rock City, Hangover Decade, Black Market Love dan paling
baru Angels and Outsiders dalam kurun waktu hampir 9 tahun hampir
melekat dalam telinga, saya banyak belajar dari pribadi mereka yang
merujuk pada sesuatu pengalaman dalam perjalanan hidup yang tak pernah
terlupakan. Mau balajar? banyak pesan yang disuarakan, kritik sosial,
ekonomi, politik, budaya, bahkan agama mereka rangkum dalam lagu dan
beberapa tulisan. Dan menurut saya sosok SID terlihat jelas pada album
Black Market Love.
“Superman Is Dead itu band yang gak hanya bermusik, tapi menyuarakan apa
yang mereka lawan lewat lagu. Garis besarnya sih mereka bukan band yang
hanya menghibur.”
~ Hartiny P. Arra Maria
“SID itu nama band kan?! Kalo di industri musik -Superman Is Dead- itu
nama band yang berasal dari bali. Kalo diterjemahkan yang artinya
Superman Udah Mati.”
~ Echa
Sekarang, mereka sudah terkenal, penggemar yang dinamakan Outsider dan
Lady Rose menampakan diri dari berbagai penjuru kota berjumlah ratusan
atau ribuan yang bersaing dengan jumlah para anggota slankers dalam
menjejali setiap konsernya. Saya pribadi merasa bangga, band dalam
negeri yang memulai sejarah dari pait sampe manis bisa mensejajarkan
diri dari band mainstream indonesia yang *uhuk*. Kalo secara pribadi,
ditanya serunya bersama musik SID, ya banyak. di suruh cerita ya,
sehari-semalam. Yang paling seru waktu saya pengen punya cita-cita untuk
merontokkan gigi Jerinx *kumaha aing lah*, tanya mengapa… zzZzz
“Superman Is Dead itu band, inspirasi, pembuka wawasan baru buatku.” ~ Citra
“3 Berandalan tampan dari bali penaebar teror bagi mereka yang fanatik
terhadap keseragaman. Sebagai fans, aku tidak mau jadi fans yang hanya
nongkrong di backstage hanya untuk ketemu mereka, aku tidak mau Idolaku
menjadi biasa saja. Rela berbohong demi ke backstage tanpa ngerti arti
lagu-lagu mereka, itu bukan aku.” ~ Marsha
“Love them when they were 90s. Cuma sekarang kurang suka dengan
musiknya, tapi tetap suka dengan pribadi personel, visi dan misi mereka.
That’s it. Perbedaan makna outsider & “outsider”. “Outsider”,
sesuai apa yang SID bilang sendiri, sebuah ide yang kebal, tanpa jumlah,
tanpa kuantitas, tanpa keanggotaan, tanpa embel-embel semiotik, tanpa
ciri khas, namun memiliki eksistensi & substansi yang kokoh jika
ditalar lebih mendalam. Tapi kalo outsider (yg tanpa tanda kutip) cukup
menyebalkan & saya rasa bukan saya saja yang merasakan itu. Tapi gue
tetep salut sama SID. Dia dikontrak mayor label tapi masih bisa lawan
mereka dengan kandungan lirik waktu album Black Market Love. Itu hal
yang bagus, for sure. Juga lirik2 nya yang out of the box bagi band-band
Indonesia. Keterampilan Jrx yg mendominasi lembaran lirik juga bisa
diacungi jempol, ketika hal-hal yg biasa kita jumpai sehari2 diubah
menjadi sebuah kalimat-kalimat yang mudah diingat tp sulit disusun.
Cukup sekian dan saya ganteng.”
~ Bani Adam
Tulisan ini memang sengaja saya dedikasikan untuk SID, band lokal dan
membanggakan kurang lebih 9 tahun menemani kehidupan saya, ya semacam
orang tua ke 2 lah dan kelak nantinya bisa dibaca anak gue hahahaha…
sebuah perpanjangan tangan seni sebuah pemberontakan dan sadar busana,
itulah SID yang memainkan musik Punk Rock pengaruh Green Day, NOFX pada
masa awalnya. Plus terkontaminasi racun rockabilly karena Social
Distortion. Tetap band Punk Rock dengan image Rockabilly. Dan Saya
Tampan, sekian.
*rapikan rambutmu, nak*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar