Ingat Nak, banyak temanmu yang beragama beda. Kau harus
menghormati apa yang mereka percayai. Jangan sekali-sekali mengolok
apa yang mereka lakukan dalam beribadah.
Begitulah pesan ayah kepada anaknya, Samihi. Seorang anak muslim
yang tinggal di Desa Kalidukuh, Singaraja. Sebuah kampung di Bali yang
banyak ditempati oleh penduduk muslim. Samihi mempunyai sahabat
bernama I Wayan Manik yang biasa dipanggil Yanik.
Persahabatan keduanya dimulai ketika Yanik menolong Samihi dari
keroyokan berandal Desa Temukus. Mereka mencoba untuk mencuri sepeda
Samihi ketika dia lengah. Sejak peristiwa itu, mereka sering terlihat
jalan bersama. Walaupun berbeda agama, mereka dapat bersahabat dengan
menghormati keyakinan masing-masing.
Bahkan Yanik membantu Samihi dalam berlatih untuk mengikuti kejuaran
Qiraah di desanya. Caranya sungguh unik, Yanik mengajak Samihi untuk
mendengarkan Bapak Tua yang mendendangkan Geguritan Bali, cara berpantun
orang Bali dengan suara-suara yang dimainkan ritmenya. Geguritan lebih
mirip nyanyian kidung yang bisa menjadi lagu.Yanik juga mengajaknya ke
lomba Mekidung yaitu lomba menyanyikan puji-pujian akan Tuhannya pemeluk
Hindu, juga kepada dewa-dewa yang harus dihormati.
Begitulah kisah persahabatan antar dua anak lelaki berbeda agama
yang ditulis oleh Erwin Arnada dalam novelnya “Rumah di Seribu Ombak”.
Penulis juga mengisahkan bagaimana kedua anak itu bisa saling menjaga
kepercayaan atas rahasia masing-masing. Samihi takut sekali dengan
laut walau tinggal tak jauh dari pantai.
Ketika Ibunya masih hidup, dia selalu dilarang untuk mendekati laut
karena takut dia tenggelam seperti kakaknya. Namun, memaklumi
ketakutan sahabatnya hanyalah langkah awal. Yanik meyakini Samihi
untuk melawan rasa takutnya. Dia mengajari Samihi berenang, yang kelak
berguna untuk masa depannya. Terlebih ketika Samihi mencoba
peruntungannya untuk menjadi seorang peselancar.
Sedangkan Yanik mempunyai rahasia, kalau dia pernah dilecehkan
secara seksual oleh Warga Negara Asing. Kita tak bisa menutup mata,
bahwa kasus pedofilia yang terjadi di Bali ataupun daerah lain di
Indonesia memang terjadi. Tak sedikit Warga Negara Asing yang
berpura-pura baik kepada anak-anak pribumi.
Mereka dengan sabar menunggu dan siap menerkam ketika korbannya
lengah.Namun, tak sedikit juga Warga Negara Asing yang memang baik
tanpa ada maksud jahat. Yang perlu dilakukan adalah sikap waspada,
bukan curiga. Bekerja sama ketika melakukan kebaikan dan bertindak
cepat ketika ada sesuatu yang salah.
Novel ini juga menceritakan bagaimana dampak dari tragedi bom yang
terjadi di Bali. Perekonomian menjadi lemah karena tak banyak lagi
turis yang datang. Para pendatang yang beragama muslim juga
meninggalkan Bali karena takut. Tragedi ini juga yang mengakibatkan
Yanik dan Samihi berpisah untuk waktu yang lama. Ayah Yanik yang
menjadi korban bom membuat Yanik harus pindah dari desa. Karena ada
pihak-pihak yang mencoba untuk menyulut perselisihan dengan
memanfaatkan kejadian tersebut.
Kisah romansa juga disuguhkan novel ini. Yanik jatuh cinta kepada
Syamimi yang merupakan adik Samihi. Yanik sudah menaruh hati kepada
Syamimi sejak kecil. Syamimi sebenarnya juga mencintai Yanik tetapi
tertahan karena adanya perbedaan agama.Masalah prinsip yang membuat
banyak pasangan di muka bumi ini harus menyerah kepada hubungan mereka.
Novel “Rumah di Seribu Ombak” menawarkan begitu banyak kisah yang
bisa diambil pelajarannya. Kita diajak untuk saling menghargai
keyakinan masing-masing. Menjaga kerukunan antar umat beragama yang
sudah terjalin sejak dulu. Tak mudah menyerah dengan keadaan sulit.
Bangkit dari keterpurukan dan melawan rasa takut untuk mencapai yang
terbaik.
Banyak media yang menekankan, bahwa penulis novel ini adalah mantan
narapidana karena kasus sebuah majalah franchise asal Amerika yang ia
pimpin. Namun, menurut saya, tak terlalu penting bagaimana latar
belakang penulis. Penulis akan diingat sepanjang masa karena
tulisannya dan bukan karena latar belakangnya. Semoga Erwin Arnada
diingat sebagai penulis yang mencoba menyampaikan pesan persahabatan
dan kedamaian melalui tulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar